Wednesday, September 14, 2022

Imbas kenaikan BBM - Rinaldi Munir

Kenaikan harga BBM pekan kemarin pasti berimbas pada kenaikan harga barang dan jasa, antara lain kenaikan harga bahan pangan.

Seorang ibu penjual nasi kuning langganan saya tetap tidak menaikkan harga nasi kuningnya meski harga BBM sudah naik berkali-kali. Sejak dulu sampai sekarang tetap harganya Rp7000 per porsi.

Ketika saya tanya kenapa tidak dinaikkan seharga Rp500 atau Rp1000 (sementara di pedagang lain sudah Rp10.000 per porsi), si ibu hanya tersenyum kecil.


"Ah, biar segini aja harganya. Kalau dinaikkan kasihan pada pelanggan", jawabnya. 

Bagi pedagang kecil seperti ibu itu, kehilangan pembeli atau pelanggan lebih menakutkan  daripada kehilangan keuntungan sesaat yang tidak seberapa. Sebenarnya dia ingin mengatakan bahwa ia lebih khawatir pembelinya akan lari jika harga dagangannya dinaikkan,  tidak akan pernah datang lagi. Kenaikan harga 500 atau 1000 efeknya besar sekali, maklum pelanggannya juga orang2 kecil seperti mang ojek, mang beca, tukang parkir, dll. 

Bagi pedagang kecil, kelestarian pelanggan adalah hal yang utama. Lebih penting mempertahankan kelangsungan usahanya daripada meraih keuntungan lebih besar. Tidak apalah margin keuntungan berkurang asal pembeli tetap. 

"Biar untungnya kecil tetapi awet", demikian kira2 yang ingin diucapkannya. Awet maksudnya pelanggannya tidak hilang. Sebuah cara pikir yang sederhana, khas orang2 kecil yang polos dan jujur.

https://www.facebook.com/100001741020901/posts/pfbid0JzJBfruaEGU92x496A72qShU8cRaFAv5gu7urs4uJwE3u3uPD5qjtedwjXnpipYGl/

No comments:

Post a Comment